“TUHAN
yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN”
Ayub
1:21b
Siapakah diantara kita yang tidak
mengenal Ayub? Ayub merupakan seorang yang saleh pada zamannya. Suatu kali ia
mengalami pelbagai cobaan dari Tuhan. Pencobaan itu datang terus menerus.
Lalu, apakah yang dilakukan Ayub?
Dengan kerendahan hati, Ayub mengakui, bahwa apa yang ia miliki selama ini
berasal hanya dari Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi. Tak ada satupun yang
tidak berasal dari Tuhan. Sehelai benang pun diberikan oleh Tuhan. Karena itu,
Ayub sama sekali tidak mengeluh. Ia sangat percaya bahwa semua yang “dimiliki”
manusia hanyalah titipan dari Tuhan. Karena itu, Tuhan berhak untuk
mengambilnya dari manusia.
Bagaimana dengan kita? Kita sering
lupa, bahwa semua yang kita miliki sekarang sifatnya hanyalah sementara. Kita
diberi segala sesuatu oleh Tuhan, yakni harta material. Kita menjadi sayang
terhadap harta tersebut. Tetapi kita menjadi lupa, bahwa harta itu tidak selamanya
menjadi milik kita. Ketika Tuhan
mengambil, kita justru mengeluh pada Tuhan, bahkan tak jarang iman kita menjadi
undur.
Jikalau kita masih melakukan itu,
marilah kita belajar dari Ayub. Kita tidak berhak untuk melarang Tuhan untuk
mengambil harta yang kita punyai. Tuhan ada diatas segala-galanya. Kita
hanyalah sebutir debu kecil di mata Tuhan. Sebagai anak Tuhan, kita seharusnya
menyadari betul dan bersyukur, bahwa Tuhan telah memperhatikan kita. Kita tidak
dibiarkanNya hidup tanpa apapun di tangan kita.